Tholabul 'ilmi bagi muslimah

>> Tuesday, May 24, 2005

Dikutip dari: www.almanhaj.or.id
Oleh: Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman

Nabi bersabda: "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim". (Hadits ini meliputi muslimah juga, sekalipun tambahan lafadz "muslimah" dalam hadits diatas tidak ada dari Nabi [Al-Maqashidul Hasanah hal. 227 oleh Imam As-Sakhawi dan Takhrij Musykilaatil Faqr hal. 48-62 oleh Al-Albani]).

Ada kisah menarik juga yang ingin saya sampaikan pada kesempatan ini: Ada seorang wanita pada abad kesebelas bernama Wiqayah, seorang wanita pintar dari Maghrib. Para ulama Maghrib apabila mengalami kesulitan, mereka mengatakan: "Marilah kita pergi ke Wiqayah karena sorbannya lebih baik daripada sorban-sorban kita." Akhirnya, merekapun belajar dan meminta fatwa padanya.

Dan termasuk keajaiban sejarah tidak ada seorang perawi wanita satupun yang berdusta pada Rasulullah. Seluruh ulama yang menulis tentang para perawi pendusta tidak ada yang menyebutkan seorangpun dari wanita pendusta. Adapun kaum laki-laki, maka betapa banyak kitab-kitab yang berisi tentang para pendusta dari kalangan mereka. La Haula wa La Quwwata illa billahi.

Maka seorang wanita apabila anda membimbingnya kejalan yang baik, mereka akan menjadi baik dan pahalanya bagi kedua orang tuanya sampai hari kiamat. Namun bagi orang tua hendaknya tetap menjaga hukum syar'i. Dan tempat yang paling baik untuk menimba ilmu bagi wanita adalah seorang suami yang shalih, penuntut ilmu dan bertaqwa kepada Allah.

Oleh karena itu, bagi orang tua hendaknya berupaya memilihkan suami terbaik bagi anaknya. Syaikh Zamil Zainu pernah bercerita padaku tatkala beliau ingin menikahkan putrinya dengan salah satu saudara kami di Yordania. Katanya: Ketika saya di masjid, maka saya duduk di bagian belakang untuk melihat shalatnya para pemuda sehingga saya memusatkan perhatian kepada seorang pemuda yang paling baik shalatnya, paling khusyu' dan lama berdirinya. Kemudian saya mencari lagi pada shalat shubuh dan Isya' sehingga saya menemukan seorang pemuda yang rajin dan tidak malas. Lalu saya mendatangi pemuda tersebut dan bertanya padanya: "Apakah anda sudah menikah?" Jawabanya: "Belum". Saya bertanya lagi: "Maukah engkau saya nikahkan dengan putriku?" Jawabnya: "Subhanallah, siapa yang tidak mau?!" Akhirnya saya menikahkannya dengan putriku. Demikianlah selayaknya yang dilakukan oleh para orang tua.

0 comments:

Post a Comment

  © Blogger template by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP